Jumat, 06 Desember 2013

Tanda-Tanda Anak Korban Bullying / Kekerasan Teman Sebaya

Sebagai seseorang yang pernah mengalami bullying di sekolah, saya tahu betapa memalukan dan menakutkan menjadi korban penindasan teman sebaya. Saya tidak pernah memberitahukannya kepada orangtua. Saya tidak pernah menceritakannya kepada teman. Saya menyimpan rahasia ini hanya untuk diri saya, dan sedihnya lagi, saya menyembunyikannya karena takut kepada pembully saya.

Sebagai orangtua, kita semua ingin tahu apakah anak kita mengalami bullying. Sayangnya , korban bully sering kali berusaha keras untuk menyembunyikan kebenaran yang menyakitkan untuk diri mereka sendiri. Oleh karena itu, berikut terdapat tujuh tanda untuk mengenali apakah anak Anda mengalami bullying atau tidak.


1. Tiba-tiba ada luka yang tidak bisa dia jelaskan
Memar, benjolan dan cedera yang berusaha disembunyikan anak harus menjadi perhatian utama. Ingatkan anak bahwa tidak ada yang berhak menyakiti mereka. Dorong mereka untuk menceritakan apa yang terjadi kepada Anda. Informasi itu dibutuhkan untuk dapat ditangani bersama para pejabat sekolah dan mengakhiri penindasan.

2. Compang-camping, robek, hilang
Jika anak kembali dari sekolah dengan keadaan pakaian yang compang-camping, robek, atau ada barang miliknya yang hilang tanpa penjelasan masuk akal, sebaiknya Anda menyelidiki kemungkinan penyebabnya dengan cara yang tepat dan mendukung.

3. Menderita penyakit fisik
Sakit kepala, sakit perut, dan pura-pura sakit untuk menghindari sekolah bisa menjadi indikasi adanya trauma emosional. Bullying dapat secara negatif memengaruhi kesehatan fisik dan emosional anak, sehingga Anda harus waspada terhadap penyebabnya.

4. Kehilangan minat untuk pergi sekolah
Jika anak Anda adalah siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah dan tiba-tiba kehilangan minat untuk pergi ke sekolah atau prestasinya mulai menurun, sebaiknya Anda berbicara dengan anak dan gurunya tentang kemungkinan penyebabnya. Guru mungkin dapat memberikan penjelasan yang bisa Anda pahami berkaitan dengan hubungan anak dengan teman-temannya.

5. Perilaku merusak diri sendiri
Karena malu dan bingung, banyak korban bullying sulit meminta bantuan. Jangan pernah mengabaikan gejala-gejala seperti menyakiti diri sendiri , pembicaraan tentang bunuh diri atau melarikan diri, atau perilaku berbahaya lainnya.

6. Rendah diri
Jangan pernah mengabaikan kecemasan, depresi atau tanda rendah diri yang muncul tiba-tiba sebagai “gangguan atau kesulitan” emosi di usia remaja, karena setiap perilaku stres apa pun membutuhkan perhatian orangtua dengan segera. Bangunlah komunikasi yang baik dengan anak, sehingga mereka merasa cukup aman untuk berbicara secara terbuka dan jujur tentang ketakutan yang mereka alami.

7. Lebih suka menyendiri
Jika anak mulai mengisolasi diri dari teman dan keluarga, ambil langkah yang tepat untuk mengetahui apa alasannya. Apakah anak Anda terlibat perselisihan dengan teman-temannya? Apakah dia mengalami penindasan? Apakah teman-temannya  menyerangnya? Jika anak tampaknya tidak nyaman dengan serentetan pertanyaan Anda, cobalah pendekatan yang lebih halus seperti , “Siapa teman yang selalu menghabiskan waktu bersamamu di sekolah?” dan “Bagaimana sejauh ini di sekolah?”

Jika ada hikmah yang bisa ditemukan dari "budaya" bullying, kita bisa mengatakan setidaknya saat ini orangtua, guru, dan siswa tidak lagi menutup mata terhadap penganiayaan fisik dan emosional yang terjadi di sekolah. Tetapi pekerjaan kita masih jauh dari selesai. Ketika kita meluangkan waktu untuk mendidik diri kita sendiri, anak-anak kita, dan administrator sekolah terhadap cara-cara untuk mengenali, mencegah, dan menghentikan bullying, kita bisa bersama-sama melindungi semua siswa dan membuat perbedaan positif

Sumber : Yahoo.com

Tidak ada komentar: